Nama : Rahmayanti
NPM : 27213195
Kelas : 1EB10
ICE CREAM
LOVE
Kopi ini hanya terlihat kabut tipisnya dan menebarkan aroma khas.
Belum berhenti mencari inspirasi untuk apa yang sekarang harus ku tulis
setelah aku kehilangannya. Waktu seakan berhenti ketika aku melihat
gundukan tanah merah yang dikelilingi manusia-manusia meratapi tahah
tersebut dengan air matanya. Di batu nisan tersebut tertuliskan persis
apa yang tertulis di undangan yang akan kusebar minggu depan, nama
mempelai wanitanya dan binti siapa dia.
Aku hanya lelaki biasa, rasanya sudah capek mengeluarkan air mata
ketika kulihat jasadnya sudah tertutup kain putih. Sekarang ia sudah tak
terlihat, aku sertakan memori kesakitan ikut terkubur bersamanya dan
masih kubawa memori indah yang akan terus hidup menemaniku.
Sempat terfikir untuk menuliskan jalan sedih hidupku, tetapi aku tak
mau membuka liang lahatnya dan mengambil sepenggal kisah sedih kita,
mana mungkin aku hanya menuliskan cerita indah saja di buku baruku, apa
yang dipelajari para pembaca bukuku jika tak aku ikut sertakan memori
kesakitan cinta? apa aku harus berbohong? Bahwa cinta itu indah? Setelah
apa yang selama ini aku rasakan?
Aku melihat keluar jendela, orang-orang hiruk-pikuk terlihat masih
sibuk padahal mereka seharusnya menikmati hari libur di taman kota ini,
banyak anak-anak harus menikmati masa kanak-kanaknya yang kurang seru
karena melihat ayahnya sibuk dengan HPnya dan ibu yang sibuk bergosip
dengan ibu temannya. Aku hanya tersenyum tipis, ternyata memang waktu
belum berputar sepertinya. Dunia belum kembali indah
“oh, sudah kuduga!! Lagi? Di hari minggu? Di coffee shop ini lagi?”
sapa Eko, asistenku yang terpaksa mencari pekerjaan lain karena aku
sudah membiarkannya menganggur.
“oh, kamu Ko!”
“yaelah!! Pura-pura kaget? Hohoho!” ejeknya
“gimana kerjaanmu? Lancar?” aku mengambil secangkir kopi yang sudah tak berkabut tipis lagi,
“ya, lumayan lah, tapi lebih besar gajiku yang dulu!”
“hahaha”
“eh, gue sih rela aja kalau jadi baby sistermu jika gajinya masih sama ama yang dulu…”
“hahaha, itu tawaran yang cukup menggiiurkan!” ucapku bercanda
“beneran!!!” ia menyrobot kopi yang akan ku minum
“maksudmu baby sister kan? mandiin gue, gantiin popok, nemenin gue bobok
siang!!” kataku nyolot karena cukup lama aku menunggu kopi panas itu
berubah hangat, tapi dia semena-mena meyrobotnya
“sluuupphhh, ahhh…”
“auhhh, joroknya”
“ahhh, memang beda rasanya kopi rasa gratis” Eko memasang tampang mengejek
“ah, gue mau keluar dulu beli rokok..”
“siaap baby!!”
Aku tersenyum meninggalkan tingkah polah sahabatku satu ini.
Kubuka pintu café itu, merasakan udara segar alami meskipun agak
panas tetapi udara ini lebih baik daripada aroma kopi di cafee yang
tercampur dengan dinginnya udara AC
Aku lihat ada bapak-bapak jualan es krim, kayaknya segar!! kuhampiri dia.
“paak, tunggu” kulihat bapak-bapak tersebut semakin jauh menjajakan jualannya
Aku setengah berlari mengejarnya dan tidak sengaja menabrak seorang anak kecil
“oh… maaf maaf dek, kamu nggak papa?” untung dia tidak terjatuh
Ia menjawabnya dengan muka sedih sambil meratapi sesuatu yang terjatuh di depannya, es krim.
Anak kecil itu tiba-tiba menatapku tajam, tatapan itu menakutiku
“hehe, maaf dek, jangan nangis ya!! Mama kamu mana” aku gugup
Anak kecil itu menunjuk ke arah kerumunan pedagang kaki lima. Ia menarik
ujung jaketku, sepertinya ia menyuruhku untuk berjongkok, mungkin dia
mau mengatakan sesuatu
“apa?” aku menatapnya
Ia menggerakkan beberapa isyarat dengan tangannya dengan ekspresi marah!
Ya tuhan, dia tidak bisa bicara. Aku semakin merasa bersalah, tapi rasa
bersalahku berubah kebingungan ketika aku tak kunjung faham apa yang ia
inginkan
“pelan-pelan dek!” aku masih bingung, kelihatannya sekarang aku naik
level menjadi orang bodoh karena Cuma melongo melihat gerakan-gerakan
dan mencoba menterjemahkannya sendiri
Ia menepukkan tangannya ke dadaku, sekarang aku paham maksudnya “aku? kenapa”
Selanjutnya ia mengayunkan jari jemarinya membentuk tanda-tanda tak
jelas, sepertinya ia sudah mulai kesal, tetapi tiba-tiba ada yang
menepukku dari belakang kemudian aku berdiri dan berbalik. Terlihat
perempuan cantik, sekejap aku dibuatnya semakin bodoh dengan ekspresinya
yang seakan menyalahkanku, ia sekarang yang jongkok di hadapan anak
kecil itu. Aku terkejut, perempuan itu juga berkomunikasi dengan bahasa
yang sama, isyarat.
Ia berdiri di hadapanku dan mengeluarkan memo kecil yang tergantung di lehernya, ia menuliskan sesuatu dan menyerahkannya padaku
Anak kecil ini tidak bisa pulang sekarang karena ia
Mencuri uang ibunya untuk membeli eskrim
Ah, aku faham sekarang
“katakanan padanya aku minta maaf, aku harus berbuat apa?”
Ia memperhatikanku dan menulis kembali di memo kecilnya
Aku tuli,
Aku bingung, ia menepuk pundakku dan mulutnya seperti mengucapkan kata pelan-pelan, oh, aku faham sekarang
“katakan padanya kalau aku minta maaf, aku harus berbuat apa!” aku
berbicara pelan dan memperjelas konsonan kata dengan cara lebih
melebarkan mulutku ketika mengucapkan kata-kata. Ia mengangguk faham,
perempuan itu kembali berjongkok mengatakan apa yang aku suruh katakan
tadi kepada anak kecil itu dengan bahasa mereka. Tetapi anak kecil itu
malah menangis
“ahh, malah nangis… Gimana nih”
Perempuan itu mengangkat pundaknya menandakan dia juga bingung, aku
melihat sekeliling. Ah ada mini market. Aku meraih tangan anak kecil dan
perempuan itu.
Sesampainya di dalam mini market Aku berbalik memandang perempuan itu
“nah, kamu bisa makan eskrim sebanyak-banyaknya”
Perempuan itu tersenyum lebar, mereka berbicara lagi dengan bahasa
mereka. Anak kecil itu langsung berlari menghampiri eskrimnya dan
memilih dengan ekspresi yang luar biasa gembira. Aku tersenyum
melihatnya
Aku menoleh kembali ke arah perempuan itu
“kamu juga bisa makan eskrim sebayaaak-banyaknya” tanganku kurentangkan
mencoba memberi isyarat ‘banyak’, ia juga tersenyum gembira dan ikut
serta memilih sesuatu bersama anak kecil tadi. Aku menghampiri mereka,
tiba-tiba terbesit ide gila
“mbak, bisa bantu sebentar!” aku memanggil pelayan mini market
“ada kotak perkakas yang agak besar nggak di sini?”
“oh ada mas, sebentar saya ambilkan” ia meninggalkanku
Aku menghampiri mereka dengan kotak perkakas besar di tanganku, aku menarik lengan perempuan itu
“nah! Ayo kita beli eskrim yang banyak”
Aku mencakup banyak sekali eskrim dan anak kecil itu tersenyum gembira
sambil loncat-loncat, tetapi perempuan itu melongo kaget. Setelah
memenuhi kotak ini, aku melihat perempuan itu akan menulis sesuatu lagi
di memo kecilnya tetapi aku menarik tangannya dan menggiringnya ke kasir
“kamu suka coklat atau rasa buah” aku menawarkan kedua eskrim yang
berada di tanganku untuk perempuan itu, ia meraih yang eskrim rasa buah
langsung membukanya dan melahapnya kemudian ia menulis sesuatu di
memonya
SEGAAAR
Aku tertawa melihat ekpresinya. Aku mengajak keduanya ke penjual kaki lima tempat orang tua anak kecil itu berdagang
“yaaa… eskrim gratis untuk pelanggan siang iniii” aku membagikan eskrim
itu ke pelanggan warung bakso milik orang tua anak kecil itu. Terlihat
anak kecil itu menjelaskan apa yang terjadi. Masih tersisa lumayan
banyak eskrimnya, aku punya ide untuk menggunakan ini sebagai promosi,
aku keluar tenda
“AYO… BELI BAKSO GRATIS ESKRIIIM” aku berteriak, tiba-tiba banyak sekali
yang datang, aku sampai kewalahan membagikannya, aku melambaikan tangan
ke arah perempuan itu memberi isyarat untuk membantuku. Ia berlari dan
ikut membagikan eskrim gratis ini.
Setelah semuanya selesai, aku menghampiri orang tua anak kecil tadi
“pak, buk, maaf ya… Sudah bikin gaduh warungnya… hehehe, tadi aku nggak
sengaja jatuhin eskrimnya anak ibuk, ia nggak berani pulang karena
katanya ia mengambil uang ibuk untuk membeli eskrim, nggak papa ya buk
kan masih anak kecil, di maafkan ya?”
“oh, nggak papa mas!! Kami malah yang harusnya minta maaf ngrepotin,
sekaligus terimakasih, berkat aden warung ibuk rame!!” ibu itu menyambut
bengan gembira dan bapaknya tersenyum cerah sekali sambil meracik
pesanan bakso
Aku berjalan meninggalkan warung bakso bersama perempuan itu, waktu
semakin sore udaranya pun semakin segar ketikka kita berjalan bersama
sambil menikmati eskrim. Aku menepuk pundak perempuan itu
“terimakasih” ucapku, ia tertunduk senyum dan kembali meneruskan
langkahnya. Kusimpulkan ia menjawab sama-sama, aku ikut tersenyum, aku
melihatnya kembali, sepertinya ia terlihat tambah cantik ketika ia
tersenyum. Sekarang aku tertawa terbahak melihat kebodohanku, toh ia
tidak tahu kalau aku tertawa terbahak. Hahahaha
Aku berhenti dan meraih memo kecil yang dikalungkan di lehernya aku
menuliskan nama dan no HPku, aku menatapnya. dan sekarang baru aku sadar
kalau matanya lebih menakjubkan dari pada senyumnya
“ini namaku bisa panggil Aden”
Ia menuliskan sesuatu lagi di memonya, kali ini cukup lama ia menulis.
Ia menyobek kertasnya dan memberikannya padaku, mungkin itu juga nama
dan nomer HPnya.
“terimakasih”
Aku kaget mendengar suaranya. Ia berlari meninggalkanku. Aku hanya
terdiam mendengar suaranya setelah beberapa jam kulewati tetapi hanya
bisa berkomunikasi melalui kertas kecil ini. aku membaca isi memo
tersebut
Aku tak bicara bukan berarti aku bisu
aku hanya tuli
aku tak bicara karena sakit rasanya merasakan
suaraku tak terdengar,
nanti kalau kita bertemu lagi, kutunjukkan
bagaimana indahnya dunia tanpa harus kita dengarkan
suaranya,
dunia indah terlihat jika kita benar-benar merasakannya,
seperti yang kita lalui tadi
Hani
Tiba-tiba waktu yang kuanggap berhenti ketika tunanganku meninggal, sekarang mulai berputar.
Satu detik… Dua detik… tiga detik… empat detik…
Referensi:
http://cerpenmu.com/cerpen-cinta/ice-cream-love.html